Tampilkan postingan dengan label afrika. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label afrika. Tampilkan semua postingan

11 Monster Legenda Afrika


Terdapat banyak negara dan komunitas tersembunyi di Afrika yang memiliki kisah-kisah tentang monster. Berikut 11 diantaranya.

1. Inkanyamba



Inkanyamba adalah hewan pemakan daging mirip belut raksasa dalam legenda suku Zulu dan Xhosa di Afrika Selatan. Legenda kuno mengatakan Inkanyamba bisa mengendalikan cuaca. Mereka disebut memiliki sirip dan bisa tumbuh hingga ukuran yang sangat besar.

Sebenarnya ada banyak belut air tawar di Afrika Selatan yang bisa tumbuh hingga 1,8 meter, tapi tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kisah-kisah Inkanyamba.

2. Kongamato

Kongomati adalah hewan terbang di kawasan Zambia, Angola dan Kongo. Makhluk ini dideskripsikan mirip dengan reptil terbang jaman purba, pterosaurus. Deskripsi ini dikatakan oleh penjalajah Inggris, Frank Welland pada tahun 1932, namun bagi penduduk lokal legenda ini sudah ada lebih lama sebelum itu.


Makhluk ini hidup di sungai dan rawa dan memiliki sayap yang sangat lebar, tapi tidak memiliki bulu. Makhluk sejenis disebut dengan nama-nama berbeda di bagian lain di Afrika. Teori mengenai penampakan-penampakan Kongomato banyak diduga sebagai pencahayaan yang buruk hingga kemungkinan bahwa spesies yang tak dikenal tinggal di tempat-tempat yang tak terjangkau.

3. Impundulu


Impundulu atau Burung Petir adalah burung supranatural dari cerita rakyat Pondo, Zulu dan Xhosa. Burung ini sebesar manusia dan dapat memanggil petir serta badai, sesuai dengan namanya. Burung ini terkadang berubah bentuk menjadi manusia, dan terkadang disebut sebagai pelindung para dukun atau tabib.

Burung ini menyerang orang dan meminum darahnya. Namun, bagian-bagian tubuh Impundulu atau telurnya memiliki kekuatan penyembuhan.

4. Adze


Adze adalah vampir dalam legenda penduduk Ewe di Ghana dan Togo. Bentuknya seperti kunang-kunang, tapi jika kita menangkapnya, dia akan berubah menjadi manusia. Setelah itu Adze akan menyerang dan memakan organ tubuh kita, namun ia bisa dikalahkan. Akan tetapi dalam bentuk serangga, Adze akan menghisap darah manusia ketika tidur dan menyebarkan penyakit. Korban-korbannya biasanya adalah anak-anak. Korban Adze dapat menjadi seorang dukun karena dirasuki oleh roh Adze.

5. Bili Ape

Ada banyak legenda tentang spesies kera misterius di Afrika. Banyak dari makhluk-makhluk ini dideskripsikan mirip antara simapnse dan gorila. Kera hantu ini disebut Ufiti di Malawi, di daerah lain dikenal sebagai Kera Misteri Bondo.



Diduga terdapat spesies simpanse yang berperilaku mirip gorila. Sejumlah ekspedisi dilakukan untuk menemukan spesies ini di Afrika Tengah sejak tengkorak-tengkorak ditemukan dekat desa Bili pada tahun 1908. Karena itulah makhluk ini kini disebut Bili Ape atau Kera Bili, diklasifikasikan sebagua subspesies dari simpanse.

6. Gbahali



Gbahali adalah makhluk reptil dari Liberia, berbentuk mirip buaya raksasa sepanjang 9 meter, memiliki moncong lebih pendek dari buaya namun kaki-kaki yang lebih panjang. Meskipun spesies ini tidak dikonfirmasi secara ilmiah, makhluk ini tidak dianggap sebagai monster legenda diantara pemburu Liberia, namun makhluk nyata yang biasa mereka tangkap dan makan. Ada kemungkinan deskripsinya dilebih-lebihkan. Namun para saksi ditunjukkan gambar hewan yang telah punah Postosuchus, dan mereka mengenalinya sebagai Gbahali.

7. Ninki Nanka


Ninki Nanka adalah monster yang tinggal di Sungai Gambia di Gambia. Makhluk mirip naga ini memiliki tubuh seperti buaya, kepala kuda dengan tanduk dan leher panjang seperti jerapah. Panjangnya bisa mencapai 9 hingga 15 meter! Ekspedisi pada tahun 2006 menunjukkan sebuah objek yang disebut sebagai sisik sang monster, namun terbukti itu bukan dari makhluk bilogis, kemungkinan potongan film seluloid.

8. Popobawa

Popobawa adalah makhluk yang dilaporkan berada di Zanzibar dan Tanzania. Makhluk ini adalah iblis yang muncul sebagai manusia saat siang hari, tapi berubah menjadi makhluk bermata satu, bersayap kelelawar pada malam hari. Popobawa menyerang dan menyodomi/memperkosa baik laki-laki maupun perempuan dalam kegelapan malam, dan menjadi sangat jahat bagi yang tidak percaya padanya.



Serangan pertama kali dilaporkan pada tahun 1965 di pulau Pemba. Laporan datang tiap beberapa tahun, dengan jumlah besar pada tahun 1995 hingga menciptakan histeria massa. Sebagian berpikir serangan Popobawa merupakan mimpi buruk atau teror malam dimana seseorang mengalami halusinasi antara tidur dan terbangun. Popobawa dalam bahasa Swahili diartikan "sayap kelelawar."

9. Grootslang


Grootslang dalam bahasa Afrika berarti "ular besar." Monster ini hidup di goa yang disebut Wonder Hole di kawasan Richtersveld, Afrika Selatan. Kisahnya dulu Grootslang adalah makhluk yang terlalu kuat, sehingga para dewa membaginya menjadi dua spesies: gajah dan ular. Namun beberapa Grootslang melarikan diri dan bereproduksi.

Sang monster bisa tumbuh hingga sepanjang 18 meter. Dikatakan goanya penuh dengan berlian, tapi tidak ada yang tahu pasti sebab Grootslang menjaganya dengan ketat.

10. Mokèlé-mbèmbé



Mokèlé-mbèmbé adalah makhluk yang mirip dinosaurus dari kawasan Sungai Kongo. Namanya berarti "yang menghentikan aliran sungai" karena ukurannya. Lusinan ekspedisi dilakukan untuk menemukan makhluk besar ini, tapi hanya kembali dengan laporan dan jejak-jejak misterius. Film Disney Baby pada tahun 1985 dibuat berdasarkan legenda Mokèlé-mbèmbé.

11. Tikoloshe




Tikoloshe atau Tokoloshe adalah makhluk mirip Gremlin dalam mitologi Zulu. Seorang shaman (dukun) bisa mengirimkan TIkoloshe untuk menyakiti musuh-musuhnya, menyebabkan ketakutan hingga penyakit atau kematian. Tikoloshe dideskripsikan bertubuh pendek dan berbulu mirip manusia dan bisa menghilang dengan menelan kerikil.

Pemakaman Ananse

Di jaman saat semua binatang masih tinggal bersama, hiduplah seekor laba-laba bernama Ananse. Dia tinggal di sebuah desa dengan saudara-saudaranya dan semua jenis binatang: hyena, landak, tupai, kasuari, bunglon, babi dan banyak lagi.

Ananse merupakan salah satu tetua di desa itu, dan suatu hari dia memanggil semua teman dan saudaranya untuk mendiskusikan bagaimana mereka semua bisa lebih saling menolong satu sama lain. Karena mereka semua petani, mereka memutuskan untuk membajak, menyiangi, memanen, apapun yang dibutuhkan dikerjakan di ladang atau di sekitar rumah. Misalnya, mereka mulai di ladang pamannya Ananse pada hari Senin, di hari Selasa giliran kakeknya dan pada hari Rabu giliran keponakannya. Ananse bergabung dalam program ini dan dia melihat bahwa semua orang bergabung dan membantu. Setelah sekitar sebulan, dia duduk di depan rumahnya, dan mulai berpikir.

"Kau tahu," katanya pada diri sendiri, "menurutku aku bisa melihat sebuah cara yang bisa menguntungkan dari kegiatan ini. Aku bisa berpura-pura sakit parah, supaya aku tidak usah menolong yang lain, dan saat aku sembuh, semua pekerjaan di ladangku sudah dikerjakan!"

Maka di pagi hari berikutnya, Ananse tidak bangun dari tempat tidurnya, dan saat keponakannya datang untuk memanggilnya, Ananse mengatakan padanya, "Oooh, keponakanku tersayang, badanku ini sangat sakit hari ini, sepertinya aku tidak bisa bergabung bekerja hari ini." Keponakannya memberitahu yang lain bahwa pamannya sedang sakit. Mereka pun maklum, dan memutuskan di hari berikutnya, mereka akan membantu mengerjakan ladang Ananse. Ini berlangsung selama beberapa minggu, dan kondisi Ananse tidak juga keihatan membaik.

Satu atau dua orang mulai bergunjing, "Memang baik kita membantu mengerjakan ladang Ananse, tapi kapan dia akan membantu kita?" Ananse mendengar komplain tersebut, dan menyadari bahwa dia tidak akan bisa berpura-pura lebih lama lagi. Dia memutuskan dia akan melakukan sesuatu untuk membuat semua orang percaya bahwa dia benar-benar sakit. Keesokan harinya dia memanggil beberapa keluarga untuk berkumpul dan mengatakan pada mereka, "Penyakitku ini berlangsung lama, dan kelihatannya tidak membaik. Malah aku merasa lebih buruk hari ini. Aku sungguh berpikir aku akan segera mati." Beberapa saudaranya memprotes, "Tidak, tidak, paman, kau tidak akan mati!" "Tidak, saudaraku, aku akan memanggil tukang obat dan memberikanmu beberapa rempah-rempah."
Tapi Ananse mengatakan pada mereka bahwa dia semakin melemah seiring waktu, dan mulai mengatur pemakamannya sendiri. "Saat aku mati, katanya, kalian harus menguburkanku di ladang saudaraku Kwami. Aku sangat menyenangi ubi dari ladangnya, dan aku akan senang dikuburkan di dekatnya." Kwami setuju bahwa saudaranya bisa menguburkannya disana; lagipula sangat sulit untuk menolak keinginan orang sekarat. Ananse melanjutkan memberi instruksi: mereka harus menggali sebuah lubang yang besar, dan menutupi dinding-dindingnya dengan kain, supaya arwahnya merasa nyaman. Mereka harus meletakkan kuali dan penggorengan didalam kuburannya, supaya arwahnya bisa memasak makanan sendiri. Keluarga Ananse mulai mengerjakan penggalian kuburan, sementara Ananse berpura-pura bahwa kondisinya memburuk sepanjang waktu.

Segera dia tahu bahwa kuburannya sudah selesai, maka saat dia melihat seseorang masuk ke rumahnya, dia tinggal berpura-pura mati. Mereka mencoba membangunkannya, tapi Ananse tidak bangun, maka mereka memutuskan bahwa dia memang sudah mati. Keesokan harinya mereka membawa tubuhnya dan membaringkannya di kuburannya, yang sudah disiapkan sebagaimana telah diinstruksikan Ananse. Di malam yang sama, Ananse memanjat keluar dari makamnya dan mulai mengumpulkan ubi dari ladang itu. Dia memasaknya. Dia membuat fufu (dikeringkan menggunakan panas) dengan sebagian dari ubi-ubi itu. Saat siang hari muncul, Ananse bersembunyi di makamnya dan tidur. Malam berikutnya dia mengumpulkan ubi lagi, dan makan lagi. Ini berlangsung selama sebulan. Akhirnya Kwani memerhatikan bahwa seseorang pasti mencuri ubi-ubinya. Dia berpikir keras, siapa yang melakukan ini? Biasanya dia mencurigai Ananse, karena dia tahu kelicikan saudaranya, tapi dia sudah mati, dan tidak bisa memikirkan orang lain yang mungkin melakukannya.

Kwami memutuskan membuat jebakan. Dia menemui tukang kayu, dan mendapatkan beberapa tiang kayu yang kuat, yang ia bawa kembali ke ladangnya, dimana dia melumuri ter di sekujur tiang-tiang itu, dan menempatkannya secara strategis di sekitar ladangnya, seperti orang-orangan sawah. Dia yakin bahwa pencurinya, siapapun itu, pasti akan menyentuh salah satu tiang itu, dan terkena ter, sehingga meninggalkan jejak yang bisa dikenali.

Malam itu saat Ananse keluar dari makamnya untuk mengambil ubi, dia melihat sebuah sosok di tengah-tengah ladang. "O-ow," pikirnya, "seseorang mengawasiku!" Tapi dia melihat sosok itu berdiri saja disana, tak bergerak sama sekali. Rasa ingin tahunya semakin besar, dan pelan-pelan mendekatinya. Karena tiang itu tidak begitu tinggi, Ananse menduga itu pasti seorang anak kecil. Dia memutuskan untuk mengerjai anak itu. Dia mengendap-endap dan berkata padanya, "Aku baru melihat ibumu mencari-carimu. Dia bilang kau harus pulang untuk makan malam." Tapi tentu saja orang-orangan sawah itu tidak bereaksi.

Ananse mengulangi, "Ibumu mencari-carimu! Makan malammu sudah menunggu!" Tapi tetap tidak ada reaksi. Ananse merasa kesal. "Hey, Nak, aku sedang bicara padamu! Kenapa kau tidak menjawabku?" Tidak ada jawaban, dan Ananse semakin kesal. "Kau mau aku pukul? Baiklah, aku pukul kau, dan kita lihat apa yang akan terjadi."Ananse memukul tiang itu, dan tangannya langsung melekat di ter. Dia menarik, tapi tidak bisa lepas. "Lepaskan aku, anak bandel!" teriaknya. "Lepaskan tanganku!" Dia berteriak pada tiang kayu itu. "Lepaskan aku atau aku pukul lagi kau!" dan dia memukulnya lagi dengan tangannya yang lain. Dan segera saja tangan itu juga menempel di ter. Ananse kaget dan marah.

"Aku akan menendangmu, jika kau tidak melepaskanku!" Dia menendang tiang itu dengan kaki kirinya, dan menempel. Dia menendang lagi dengan kaki kanannya, dan menempel juga. Ananse benar-benar menempel di tiang itu tanpa bisa berkutik. Dia menarik sekuat tenaga, tapi tidak ada hasil. Akhirnya dia kelelahan dan menyerah, dan menangis sampai ketiduran.

Saat matahari terbit, Kwami datang ke ladangnya, ingin tahu apakah jebakannya berhasil. Dia melihat sekeliling dengan hati-hati dan melihat tak ada lagi ubinya yang dicuri, maka sebagian dari rencananya berhasil. Sambil tersenyum senang, dia berkeliling untuk memeriksa orang-orangan sawah ber-ter, dan dia melihat sesosok laba-laba menempel pada salah satunya. Saat dia memburu mendekat dia mengenali saudaranya, Ananse.

Kwami berteriak, "Ananse! Ananse! Apa yang kau lakukan disini, kau 'kan seharusnya mati!"
Dengan tenang, Ananse menjawab, "Ananse memang sudah mati, aku adalah hantunya!"
Kwami sangat polos dan percaya takhayul, jadi saat dia mendengar itu, dia benar-benar percaya itu adalah hantu saudaranya. Dia menjadi sangat takut dan lari! Dia lari ke desa, meneriakai semua orang yang dia temui, "Hantu Ananse! Aku baru saja melihat hantu Ananse!" Orang-orang berkumpul mendekatinya, ingin tahu lebih jauh. Kwami memberitahu mereka dia melihat hantu Ananse, terjebak di orang-orangan sawah yang ia letakkan di ladangnya. Tentu saja para penduduk desa ingin melihat ini, maka mereka semua berlari ke ladang Kwami. Disana mereka melihat sendiri sosok Ananse masih melekat di tiang.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya mereka. "Kau seharusnya sudah mati. Kami menguburkanmu tak berapa lama!"
"Aku hantu!" lolong Ananse, yang menjadi sangat tidak nyaman. Para penduduk desa menjadi takut, dan mereka sudah bersiap akan lari, saat Ananse berteriak, "Berhenti, berhenti! Kenapa kalian lari? Aku keluarga kalian, bukan? Tidak perlu takut! Dan ngomong-ngomong, aku butuh bantuan! Aku butuh bantuan!"
Salah satu pria yang berani mendekat, dan bertanya, "Bantuan apa yang kau butuhkan, saudara Ananse?"
Ananse menjawab, "Aku terjebak di tiang ber-ter ini, tak bisakah kau melihat? Aku butuh bantuanmu menarikku lepas!"
Beberapa dari mereka pun mulai menariknya. Ananse memberi instruksi, "Tarik disini, sedikit lebih ke sisi ini, sedikit lebih kuat di sini!"

Tapi salah satu penduduk desa yang sudah menarik kaki Ananse, mundur dan menggaruk kepalanya. "Tunggu sebentar," katanya. "Ini bukan hantu! Ini Ananse asli. Dia tidak mati sama sekali!" Mereka semua berhenti menariknya. "Ya," kata yang lain, "bagaimana bisa hantu menyuruh-nyuruh kita menariknya disini, menariknya disana?" Mereka mulai memukulinya dengan kayu, melemparinya dengan lumpur dan menghujaninya dengan cacian. Sebentar kemudian Kwami merasa kasihan pada saudaranya, dan menyuruh mereka untuk berhenti. Mereka menariknya hingga lepas, dan menyuruhnya untuk meninggalkan desa, dan tidak pernah muncul lagi. Setelah Ananse diusir semua keluarganya begitu malu sehingga mereka memutuskan untuk meninggalkan desa juga, dan hingga hari ini, setiap kalian melihat laba-laba dia selalu mencoba menyembunyikan sesuatu dengan jaringnya, didalam retakan di lantai atau sudut gelap, karena dia malu pada nenek moyang mereka Ananse.

Ilustrasi oleh Emma Carter

Kisah Pria Yang Serakah

Jaman dahulu, hiduplah seorang pria bernama Kofi Amero tinggal di desa bernama Amero Kopfhi. Desa itu diberi nama demikian sebab di masa itu dia orang yang paling kaya di seluruh desa. Kofi Amero orang yang keras, tapi dia juga egois sekali. Kecuali bersama kekayaannya, dia hidup sendiri, tanpa isteri atau anak, karena tak ada wanita yang bisa mentolerir kebiasaan anehnya.

Suatu hari yang cerah, setelah Kofi Amero sarapan, dia bersantai di teras rumahnya, saat tiba-tiba dia menangkap pemandangan seorang asing berdandan awut-awutan seperti gembel. Pria itu kelihatan sangat aneh sehingga Kofi Amero berpikir dia pasti orang tidak waras dan mengacuhkannya. Dia agak kaget ketika pria itu meminta makanan padanya. Kofi Amero tidak suka beramal, dan dia merasa terganggu karena pria itu. Tapi dia punya kokoyam (sejenis umbi-umbian) yang belum dimasak ditaruh dibawah jendela, jadi dia mengambil sepotong kecil yang kering dan melemparkannya kepada pria peminta-peminta itu. Pria itu langsung mengambilnya dan memakannya dengan rakus dalam hitungan detik. Saat dia memakan gigitan terakhir, dan menjilati jarinya, dia berdiri dan di depan mata Kofi Amero ia berubah menjadi malaikat.

Kofi terduduk di lantai. Orang asing itu meminta Kofi Amero untuk tidak takut, tidak tidak bermaksud menyakiti. Dia berkata, "Kofi, karena kau cukup baik membagiku makanan, walaupun kau berpikir aku pengemis gila, sebelum aku meninggalkan tempat ini, aku akan memberikanmu tiga permintaan."

Seperti yang bisa dibayangkan Kofi Ameroa begitu bersemangat ketika mendengar ini. "Hahahaha, hihihi, hari ini benar-benar hari yang bagus bagiku!" Dia menggaruk kepalanya memikirkan permintaannya, lalu meminta malaikat itu masuk. Dia menunjuk ke sebuah kursi berlengan tua di sudut ruangan. "Tuan," katanya, "Anda bisa melihat kursi di sudut itu?" Sang malaikat mengangguk, "Ya, saya bisa melihatnya."

Kofi melanjutkan, "Itu adalah satu-satunya kursi di rumahku, dan sangat mahal. Setiap ada tamu mereka akan duduk disitu, aku jadi terpaksa berdiri atau duduk di lantai. Maka, aku ingin siapapun yang duduk di kursi itu selain aku, dia akan melontarkan orang itu ke udara! Begitu tinggi sehingga ketika mereka jatuh ke tanah mereka akan kesakitan dan tidak mau duduk di kursi itu lagi!"

Walaupun malaikat itu berpikir permintaan itu agak aneh, dia mengabulkannya, dia berkata pada Kofi, "Terkabul."

Kofi Amero menggosok kedua tangannya, dan mengajak malaikat itu kembali ke depan rumah, dimana ia menunjuk sebuah pohon. "Tuan Malaikat, Anda bisa lihat pohon ini?" Sang malaikat mengangguk. "Ya, saya bisa melihatnya." Kofi menjelaskan, "Aku yang menanamnya sendiri, sangat mahal. Tapi penduduk desa suka mengambili daunnya karena berkhasiat untuk obat untuk penyakit anak-anak mereka. Tapi aku tidak rela!" Kofi terbatuk, lalu melanjutkan, "Jadi Tuan, aku ingin Anda memantrai pohon ini, sehingga siapapun yang mencoba memetik sehelai daun pun, akan terhisap dan terjebak di batang pohonnya!"

Sekali lagi, malaikat itu merasa permintaan itu aneh, tapi dia mau tidak mau harus mengabulkannya. Dia berkata pada Kofi, "Terkabul, Kofi. Apa permintaan ketiga dan terakhirmu?"

Kofi mengajak malaikat itu kembali ke dalam rumahnya. Dia menunjuk kearah selang dan penggaruk rumput serta peralatan berkebun lainnya. "Anda bisa lihat peralatan itu, Tuan?" tanya Kofi. Malaikat mengangguk. "Ya, aku bisa melihatnya. Peralatan yang bagus."

"Tepat sekali. Aku membeli peralatan ini, sangat mahal. Orang-orang datang sepanjang waktu untuk meminjamnya. Kadang mereka minta ijin, kadang tidak, langsung mengambilnya begitu saja. Dan tentu saja saat peralatan itu rusak, aku harus membayar untuk biaya perbaikan. Jadi aku ingin Anda membuat peralatan-peralatan itu sangat berat, sehingga siapapun kecuali aku tidak bisa mengangkatnya! Maka mereka pun akan berpikir dua kali untuk meminjamnya lagi."

Malaikat mengangguk sedih. "Baiklah, Kofi. Permintaanmu sudah terkabul. Sekarang aku harus pergi." Malaikat pun menghilang.

Beberapa hari kemudian, saat Kofi Amero sedang membereskan makan malamnya, Setan datang berkunjung. Tentu saja Kofi Amero tidak mengenalinya, dia menunjukkan rumahnya dan menawarinya duduk di satu-satunya kursi di rumah itu. Si tamu merendahkan tubuhnya untuk duduk, begitu dia menyentuhnya, kursi itu melemparkannya ke udara, dan saat dia jatuh ke tanah, kakinya cidera. Sang tamu bangkit, merapikan pakaiannya, memaki-maki Kofi Amero dan berlalu pergi. Kofi Amero tertawa terpingkal-pingkal, dia sangat senang jebakannya berhasil dan malam itu dia tidur sangat nyenyak tidak seperti biasanya.

Di hari lain Kofi Amero bersiap pergi bekerja saat dia mendengar keributan di belakang rumahnya. Dia berjalan kesana dan mendorong para tetangga yang terpincang-pincang dan memaki-maki Kofi Amero. Kofi tertawa keras dan berkata kepada mereka, "Rasakan! Kalian harus belajar beli peralatan sendiri!" Peristiwa itu membuat Kofi Amero senang sepanjang hari itu.

Di hari yang lain lagi, dia kembali dari pekerjaan di lapangan, saat dia melihat seorang wanita dari desa itu membawa bayi di punggungnya, berjalan ke pohon. Kofi Amero mengawasi dengan penuh antusias melihat jebakan ketiganya bekerja. Begitu wanita itu menyentuh daunnya, dia tertarik kedepan pohon, dan terhisap kedalam batangnya. Dia berteriak minta tolong, tapi Kofi Amero hanya tertawa.

"Kau pantas mendapatkannya. Kalian pikir bisa mengambil milikku seenaknya tanpa membayar! Pikirkan itu selagi kau terjebak disana!" katanya.

Malam itu Kofi Amero menyantap makan malamnya, dia tidak bisa berhenti tertawa karena ketiga jebakannya berhasil. Semakin dia memikirkannya, semakin keras dia tertawa; sampai tidak terkontrol.

Tapi tiba-tiba dia berhenti: sebuah rasa sakit yang tajam menyerang dadanya, dan Kofi Amero jatuh, dia mendapat serangan jantung. Beberapa hari kemudian saudara laki-lakinya yang bekerja di tempat yang bersebelahan dengan Kofi, datang karena khawatir tidak melihatnya di tempat kerja. Dia menemukan Kofi Amero tewas di lantai. Segera saja dia memberitahu anggota keluarga yang lain, dan menyiapkan acara pemakaman. Saat jenazahnya mulai membusuk, prosesnya pun dipercepat. Kofi Amero dikubur tanpa banyak acara, hanya dua saudara laki-lakinya yang datang di pemakaman. Tak ada satu pun penduduk desa yang ingin menghabiskan pagi mereka menangisi pria yang mereka benci.

Kofi Amero tiba di gerbang surga untuk diadili. Dia disapa oleh malaikat yang muncul di rumahnya dulu, tapi Kofi Amero tak mengenalnya. Malaikat itu mengeluarkan sebuah buku besar, dan mengajak Kofi Amero untuk melihat apa yang tertulis di buku itu tentangnya. "Seperti yang bisa kau lihat, Kofi Amero, kata sang malaikat, selama hidupmu kau hanya pernah melakukan satu kebaikan, yaitu memberiku kokoyam-mu. Tapi sisanya hanya tentang hal-hal buruk dan serakah yang kau lakukan pada keluarga dan tetangga-tetanggamu. Kau tidak memenuhi syarat untuk memasuki gerbang surga ini. Kau harus pergi ke neraka."

Maka Kofi Amero berjalan pergi menuju gerbang neraka. Saat dia tiba disana dia bertemu Setan yang menunggunya. Setan mengenalinya sebagai pria yang licik dan menjebaknya dengan kursinya, dan langsung saja menolaknya untuk masuk ke neraka. Karena dia gagal menyenangkan penjaga neraka maupun surga, jiwanya gentayangan di angkasa untuk selamanya.


Soccket: Bola Sepak Yang Bisa Jadi Charger Hp

Sepp Blatter, presiden FIFA menyatakan sepakbola memiliki "kekuatan" untuk menyatukan semua orang.

Empat orang alumni Harvard University menciptakan sebuah bola yang bisa mengisi ulang baterai ponsel. Mereka mengkombinkasikan bola dengan alat charger sederhana. Jika bola digelindingkan, magnet di dalamnya akan mengisi kapasitor. Listrik pun keluar melalui apapun yang kita colokkan.



Julia Silverman, salah satu co-inventor pergi ke Afrika Selatan untuk menguji bola itu. Menurutnya bola itu bisa berdampak besar bagi daerah-daerah miskin di seluruh dunia. Sebab untuk 15 menit permainan, Anda mendapatkan tiga jam cahaya lampu. Produk-produk berenergi rendah akan bekerja paling baik, jadi tidak akan bisa menjalankan microwave dengan ini, tapi diharapkan bisa membuat perubahan bagi siapapun yang tidak memiliki persediaan energi listrik.

Julia Silverman

Bocah-bocah Alexandria memainkan Soccket tanpa 'curiga'

Soccket dicobakan dalam turnamen FIFA Football for Hope

Anak-anak berkumpul melihat demonstrasi "ajaib" Soccket

Anak-anak di kotapraja Alexandria memainkan bola itu seperti biasa tanpa curiga, bahkan salah satunya mengatakan bola itu lebih baik dari Jabulani, bola resmi Piala Dunia 2010. Baru kemudian, Teko Moleke, 12 tahun, mengira bola itu "ajaib" saat ditunjukkan bagaimana si bundar itu bisa menghasilkan cahaya lampu.

Disini sepakbola disebut "Diski" dan merupakan olahraga paling populer

Rencananya bola itu bakal dijual murah di negara-negara kurang mampu, sementara dijual harga penuh di negara-negara yang lebih makmur agar setiap anak seperti di Alexandria bisa memiliki bola itu dengan harga terjangkau. Listrik yang dihasilkan pun bisa dimanfaatkan katakanlah untuk mereka membaca selama beberapa jam.

Rencananya lagi, mungkin ide ini bakal dikembangkan ke bola basket dan peranti olahraga lainnya dan mengembangkan stopkontaknya agar bisa digunakan untuk berbagai jenis steker.

Albino Di Afrika Diincar Dukun Demi Kekayaan



Cendajuru, Burundi, Menjadi seorang albino kadang membuat penderitanya jatuh bangun dalam kehidupan sosial karena sering dicemooh. Tapi menjadi albino di Tanzania dan Burundi (Afrika) adalah mimpi buruk karena menjadi incaran dukun.

Sejak tahun 2007, Under the Same Sun, sebuah yayasan yang berbasis di Vancouver mencatat terjadi gelombang pembunuhan albino di Tanzania dan Burundi.

Albino ini diincar karena bagian-bagian tubuh penderita albino sangat berharga bagi para dukun di seluruh wilayah itu, yang menggunakan albino untuk menciptakan kekayaan.

Polisi Tanzania memperkirakan dukun menghargai satu set bagian tubuh lengkap albino, termasuk tangan, kaki, alat kelamin telinga, hidung dan lidah seharga 50.000 pounsterling atau sekitar 675 juta rupiah.

Tujuh kasus baru pembunuhan albino telah dilaporkan terjadi lagi di Tanzania dan Burundi, Afrika, dalam catatan Under the Same Sun sudah ada 57 korban dari pembunuhan albino di Tanzania. Yang terbaru yaitu pembunuhan wanita usia 28 tahun dan empat anaknya pada 2 Mei 2010, di Cendajuru, di perbatasan Burundi dengan Tanzania.

"Kedua tangan dan organ tubuh mereka dipotong oleh sembilan orang bersenjata, dan kakek dari anak non-albino yang turun tangan membantu menghentikan pembunuhan itu pun tewas seketika," ujar Deogratias Ntahompagaze, kepala polisi Burundi, seperi dilansir dari Telegraph, Senin (10/5/2010).

Under the Same Sun bahkan mencatat pembunuhan lain dan empat percobaan pembunuhan albino di Tanzania antara bulan Februari dan April yang lalu.

Total telah terjadi 57 pembunuhan dan 6 percobaan pembunuhan di Tanzania, dimana para korban telah kehilangan anggota tubuhnya. Sedangkan di Burundi, total terjadi 14 pembunuhan.

Tapi kasus-kasus tersebut hanya total dari kasus yang didokumentasikan. Jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi lagi, dan diperkirakan lebih dari seratus korban dalam dua tahun terakhir.

Sayangnya, keadilan berjalan terlalu lambat. Dari 63 kasus yang dilaporkan di Tanzania, hanya dua yang dibawa ke pengadilan dalam dua tahun terakhir. Sebaliknya, 12 dari 14 kasus pembunuhan albino di Burundi telah sampai di meja hijau.

Albinisme merupakan kelainan bawaan yang terjadi karena tidak adanya pigmen melanin dalam kulit, mata dan rambut yang melindungi dari ultraviolet sinar matahari.

Orang yang mengalami albinisme alias albinos sangat rentan terhadap komplikasi medis dan diskriminasi sosial di Afrika.

Dari sekitar 150.000 albinos di Tanzania, sebuah negara dengan penduduk 35 juta jiwa, sekitar 8.000 terdaftar pada Albino Tanzania Society. Bahkan beberapa keluarga albinos membunuh bayi saat lahir untuk menghindari diskriminasi.

Albino merupakan penyakit turunan, yang berarti jika anak lahir dengan kondisi albino maka gen tersebut masing-masing didapatkan dari orang tuanya.

Kebanyakan anak yang mengalami albino lahir dari orang tua yang memiliki produksi melanin normal serta tidak menunjukkan adanya tanda-tanda memiliki gen albino.

Mukulin Rumah Pake Roti? Inilah 6 Tradisi & Kepercayaan Unik Seputar Tahun Baru

 Ada banyak tradisi dan kepercayaan seputar tahun baru dari berbagai negara dan budaya. Kalau di daerah atau keluarga kamu tradisinya sepert...