Empat orang alumni Harvard University menciptakan sebuah bola yang bisa mengisi ulang baterai ponsel. Mereka mengkombinkasikan bola dengan alat charger sederhana. Jika bola digelindingkan, magnet di dalamnya akan mengisi kapasitor. Listrik pun keluar melalui apapun yang kita colokkan.
Julia Silverman, salah satu co-inventor pergi ke Afrika Selatan untuk menguji bola itu. Menurutnya bola itu bisa berdampak besar bagi daerah-daerah miskin di seluruh dunia. Sebab untuk 15 menit permainan, Anda mendapatkan tiga jam cahaya lampu. Produk-produk berenergi rendah akan bekerja paling baik, jadi tidak akan bisa menjalankan microwave dengan ini, tapi diharapkan bisa membuat perubahan bagi siapapun yang tidak memiliki persediaan energi listrik.
Julia Silverman
Bocah-bocah Alexandria memainkan Soccket tanpa 'curiga'
Soccket dicobakan dalam turnamen FIFA Football for Hope
Anak-anak berkumpul melihat demonstrasi "ajaib" Soccket
Anak-anak di kotapraja Alexandria memainkan bola itu seperti biasa tanpa curiga, bahkan salah satunya mengatakan bola itu lebih baik dari Jabulani, bola resmi Piala Dunia 2010. Baru kemudian, Teko Moleke, 12 tahun, mengira bola itu "ajaib" saat ditunjukkan bagaimana si bundar itu bisa menghasilkan cahaya lampu.
Disini sepakbola disebut "Diski" dan merupakan olahraga paling populer
Rencananya bola itu bakal dijual murah di negara-negara kurang mampu, sementara dijual harga penuh di negara-negara yang lebih makmur agar setiap anak seperti di Alexandria bisa memiliki bola itu dengan harga terjangkau. Listrik yang dihasilkan pun bisa dimanfaatkan katakanlah untuk mereka membaca selama beberapa jam.
Rencananya lagi, mungkin ide ini bakal dikembangkan ke bola basket dan peranti olahraga lainnya dan mengembangkan stopkontaknya agar bisa digunakan untuk berbagai jenis steker.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis Komentar