Photo by Shelby Waltz from Pexels |
Pada suatu malam, seorang pria tua suku Cherokee duduk di luar rumahnya, menikmati matahari terbenam yang indah. Suku Cherokee hidup di area hutan tenggara Amerika.
Cucu laki-lakinya kemudian berlari keluar dan terduduk lesu di sebelah kakeknya. Dia menghela nafas dengan ekspresi kemarahan di wajah anak itu.
"Kenapa?" kakeknya bertanya lembut.
Anak itu membaringkan kepalanya di bahu si kakek. "Temanku tidak mau bermain denganku hari ini. Dia pergi dengan anak-anak lain dan meninggalkanku sendiri. Aku benci padanya!"
Si kakek merangkul anak lelaki itu. "Kakek tahu perasaan kamu," dia berkata. "Selama hidup, kakek pun pernah merasakan marah dan benci karena ketidak-adilan yang kakek rasa dilakukan seseorang kepada kakek."
Dia mengusap rambut cucunya dengan lembut. "Tapi kebencian dan kemarahan cuma membuatmu lelah. Kamu tahu kenapa?" Anak lelaki itu menggeleng.
"Itu karena adalah pertempuran hebat yang terjadi di dalam diri kita semua, pertempuran antara dua serigala." Kakek itu menjawab.
"Dua serigala?" anak itu bertanya. Dia tahu kakeknya sangat bijaksana, tapi dua ekor serigala bertarung di dalam dirinya terdengar cukup aneh.
"Ya, dua serigala." Kakeknya menjawab. "Satu serigala dipenuhi kemarahan, kebencian, iri hari, penderitaan, penyesalan, kerakusan, kesombongan, mengasihani diri, rasa bersalah, kedengkian, rasa kekerdilan, kebohongan, kepongahan, rasa di atas orang lain, dan ego. Dia berkelahi dengan siapapun karena kemarahan dan emosinya membuatnya tidak bisa berpikir."
Si kakek melanjutkan, "Sementara serigala yang satunya lagi bersifat tenang dan hidup harmonis dengan segala yang ada di sekitarnya. Dia penuh dengan kedamaian, cinta, harapan, kebahagiaan, kedamaian, kerendahan hati, kebaikan, sifat membantu, empati, kemurahan hati, kejujuran, kasih sayang dan keyakinan hati. Dia cuma akan berkelahi jika itu hal yang benar untuk dilakukan dan dengan cara yang benar pula."
Si kakek menatap cucunya dan berkata, "Kadang kakek merasa kesulitan dengan dua serigala ini selalu saja bertarung di dalam diri kakek."
Anak lelaki itu bertanya, "Serigala mana yang menang, Kek?"
Si kakek tersenyum tenang dan menjawab, "Serigala yang paling banyak kuberi makan."