Tampilkan postingan dengan label penelitian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label penelitian. Tampilkan semua postingan

Bayi 5 Bulan Ikut Menjadi Relawan Eksperimen Sains

Ricky Kimber, bayi berumur 5 bulan ini menjadi relawan dalam sebuah ekspresimen untuk memonitor kegiatan otak yang dapat membantu menghentikan perkembangan autisme.


Topi bersensor di kepalanya itu akan memberikan informasi bagaimana bayi belajar melalui melihat orang lain melakukan berbagai hal.

Durham University tempat dimana studi itu dilangsungkan berharap merekrut setidaknya 40 bayi, berusia hingga 10 minggu untuk menjalani tes.

Para bayi yang diawasi orangtua mereka akan 'berjalan' di sebuah bak air kecil menggunakan refleks berjalan mereka.


Mereka kemudian diperlihatkan gambar bergerak orang yang berjalan sementara aktivitas otak mereka dimonitor yang akan menunjukkan ada para peneliti bagaimana otak bayi bereaksi ketika melihat seseorang berjalan.

Tes yang dilakukan tidak menyakitkan dan ini bukanlah tes untuk autisme.


Dr Vincent Reid, seorang psikolog di Durham University yang memimpin riset ini mengatakan, "Walaupun tidak ada penyembuhan bagi autisme, intervensi bisa dilakukan untuk membimbing kondisi tersebut."

Autisme umumnya diteteksi minimal saat usia tiga tahun.

"Penelitian ini kiranya dapat membantu kita mempelajari bagaimana mendeteksi kondisi autisme pada usia yang lebih awal. ... Penting untuk menekankan bahwa prosedur ini tidak menyakitkan.
Ketika para bayi datang ke lab, mereka dipegangi saat berjalan didalam bak. Setelah itu, mereka akan dipasangi topi kecil dengan sensor dan ditunjukkan gambar-gambar komputer.

Sang bayi tetap bersama orangtuanya dan kami hanya merekam apa yang dilakukan si bayi dan apa yang terjadi didalam otaknya."

Ganja Dapat Mencegah Gejala Stres Pasca-Trauma

Oala Magz - Ilmuwan mengatakan bahwa ganja dapat membantu meringankan gejala-gejala gangguan stres pasca-traumatik, selama dilakukan sedini mungkin.

Peneliti dari Haifa University, di Israel, menemukanbahwa cannabinoid, komposisi aktif dalam ganja mampu menghalau perasaan kegelisahan pada tikus percobaan setelah tikus-tikus itu mengalami episode yang sangat membuat stres.

Namun, ini hanya efektif jika dilakukan dalam 24 jam awal setelah kejadian traumatiknya.

"Kamimenemukan bahwa ada sebuah 'jendela kesempatan' saat menerapkan marijuana sintetis membantu menghadapi gejala-gejala PTSD (Post-Traumatic stress DIsorder) pada tikus," ujar pemimpin studi, Dr. Irit Akirav.

Tikus digunakan dalam percobaan ini sebab mereka memiliki reaksi fisiologikal terhadap kejadian traumatik dan membuat stres seperti manusia.

Ganja adalah obat Kelas B di Inggris dan ilegal untuk digunakan atau dijual. Penggunaan regulernya dihubungkan dengan meningkatnya resiko perkembangan penyakit psikotik seperti schizofrenia.

Namun, ada sejumlah obat cannabinoid yang diperoleh dari tanaman ganja yang telah dilisensi oleh Agensi Peraturan produk Obat dan Perawatan-kesehatan di Inggris.

Pada bagian pertama studinya, yang diterbitkan dalam jurnal Neuropsychophramacology, para peneliti menyorot sekelompok tikus dalam kondisi yang membuat mereka stres.

Mereka mengamati bahwa tikus-tikus itu menunjukkan gejala-gejala PTSD seperti pada manusia, seperti meningkatkan reflek kejut dan proses belajar yang lemah. Tikus-tikus itu kemudian dibagi dalam empat kelompok. Satu kelompok sama sekali tidak diberikan ganja; yang kedua diberikan suntikan ganja dua jam setelah diekspos kepada kejadian traumatik; yang ketika diberikan setelah 24 jam dan yang keempat diberikan setelah 28 jam.

Seminggu kemudian, peneliti menguji tikus-tikus itu dan menemukan bahwa kelompok yang tidak diberikan marijuana/ganja dan kelompok yang diberi suntikan 48 jam setelah mengalami trauma tetap menunjukkan gejala-gejala PTSD dan juga tingginya level kegelisahan atau anxietas.

Sebaliknya, gejala-gejala PTSD tidak tampak pada tikus-tikus yang diberikan ganja dua dan 24 jam setelah mengalami trauma, meskipun tikus-tikus ini juga mengembangkan level tinggi anxietas.

"Ini mengindikasikan bahwa marijuana tidak menghapus pengalaman traumatik, tapi secara spesifik mencegah perkembangan gejala-gejala pasca-traumatik pada tikus percobaan," ujar  Dr. Akirav.

Ia menambahkan bahwa karena jangka hidup manusia secara signifikan lebih lama daripada tikus, seseorang dapat berasumsi bahwa keefektifan obat itu akan lebih lama berlaku pada manusia.

Tahap kedua studi tersebut adalah mencoba memahami mekanisme obat yang bekerja dalam operasi selama pemberian ganja. Untuk melakukan ini, mereka mengulangi tahap awal dari eksperimen tersebut, tapi setelah trauma mereka menyuntikkan cannabinoid sintetik kedalam area amygdala pada otak, are yang dikenal bertanggungjawab merespon trauma.

Para peneliti menemukan bahwa ganja mencegah perkembangan gejala-gejala PTSD dalam kasus-kasus ini juga. Dari sini mereka dapat menyimpulkan bahwa efek dari ganja dimediasi oleh sebuah reseptor CB1 dalam amygdala otak.

Permen Dapat Mencegah Anak Menjadi Gemuk Saat Dewasa

Makan permen dapat mencegah anak menjadi gemuk, ungkap peneliti. Menurut studi yang mereka lakukan, anak-anak yang makan cokelat dan permen lainnya secara signifikan tidak lebih mungkin memiliki berat badan berlebih ataupun obesitas daripada anak-anak yang tidak makan permen.

Nampaknya, efek dari makan permen akan bertahan hingga masa pubertas, sehingga pada usia itu, anak-anak menjadi lebih kurus. Penemuan ini tentu saja berkontradiksi dengan penelitian lain yang mengindikasikan bahwa permen tidak baik untuk gigi dan tubuh.

Penelitian di Universitas Negeri Louisiana, AS, memonitor lebih dari 11 ribu anak-anak dan anak-anak muda antara usia dua dan 18 tahun dari tahun 1999 hingga 2004.

Data menunjukkan anak-anak yang makan permen 22% tidak lebih gemuk atau obesitas daripada yang tidak makan permen. Diantara anak-anak pra-remaja, bahkan 26% memiliki berat badan lebih kurang daripada yang tidak makan permen.

Protein C-reaktif pada anak-anak ini juga lebih rendah. Jika level protein ini tinggi dapat meninggatkan resiko masalah jantung dan penyakit kronis lainnya.

Menjelaskan hasil survey, para peneliti mengatakan bahwa anak-anak yang diberi porsi makan permen yang benar dari usia dini memahami kemampuan vital dari 'disiplin makanan'. Mereka juga mengatakan anak-anak yang makan permen hanya pada saat-saat tertentu lebih awas terhadap kebiasaan makan dan mampu mengendalikan keluar-masuk kalori secara seimbang.

Dr. Carol O'Neil, pemimpin penelitian tersebut menambahkan, "Studi ini mengilustrasikan bahwa anak-anak dan pra-remaja yang makan permen tidak lebih mungkin untuk kelebihan berat badan atau obesitas. Namun, hasil studi ini tidak berarti boleh makan permen berlebihan. Permen tidak boleh menggantikan makanan bernutrisi dalam asupan harian. Permen adalah makanan istimewa dan harus dinikmati dengan teratur."

Ia menambahkan, "Bisa jadi anak-anak yang terbiasa makan permen belajar untuk mengambil porsi lebih sedikit dan tidak memakannya setiap hari."

Ia juga menyatakan anak-anak yang makan permen jadi lebih aktif.

Rumus Matematika Untuk Menikmati Teh Yang Sempurna

Sebuah tim peneliti dari Universitas Northumbria membuat rumus matematika untuk meminum teh yang ideal.

Teh paling baik diminum pada enam menit setelah dimasak. Proses optimal memasaknya adalah dua menit dan jumlah ideal campuran susunya adalah 10ml.

Suhu yang sempurna untuk diminum yaitu 60c dapat dicapai pada 6 menit setelah dibuat. Namun setelah 17 menit 30 detik teh akan kehilangan rasa terbaiknya saat suhunya menjadi 45c.

Atau, seperti yang dirumuskan para ilmuwan: KT + (H2O dalam suhu 100 derajat celcius) 2 menit WM + S (10ml) 6menit WM = TS (dalam SO 60 derajat celcius).

Dengan keterangan:
KT = kantong teh
WM = waktu memasak
S = susu
TS = teh sempurna
SO = suhu optimal

Dalam penelitian yang dikomisikan oleh sebuah perusahaan susu ini, tim menghabiskan 180 jam di lab mencoba berbagai metode memasak teh, dan sejumlah relawan yang mencicipi 285 cangkir teh.

Mutasi Genetik Menyebabkan Autisme

Sebuah kerjasama yang melibatkan ratusan ilmuwan mengatakan pada hari Rabu mereka telah mengungkap lusinan mutasi genetik yang tidak dikenal sebelumnya yang berkontribusi dalam autisme pada anak-anak.

Beberapa dari masalah DNA yang ganjil ini diturunkan dari orangtua. Tapi banyak, para peneliti menemukan, muncul untuk pertama kalinya pada seseorang dengan autisme.

"Ini mengesankan bahwa kesalahan genetik kecil mungkin terjadi selama pembentukan telur dan sperma, dan cariasi ini tersalin selama pembuatan DNA anak," kata penulis pembantu Daniel Geschwind, seorang profesor di Universitiy of California at Los Angeles (UCLA).

Autisme dan gangguan-gangguan otak yang berhubungan memengaruhi hingga 10 dari 1,000 individu.

Gejala-gejalanya berlaku seumur hidup dan sangat bervariasi, tapi seringkali termasuk kelemahan kemampuan sosial, perilaku yang berulang-ulang, kesulitan dalam mengekspresikan emosi tertentu, dan keengganan melakukan hubungan fisik. Tidak ada obat yang diketahui.

Memanfaatkan kekuatan komputerisasi masal yang tersebar di 60 institut di seluruh dunia, para peneliti menyaring DNA mendekati 1,000 anak-anak usia sekolah dengan autisme dari AS, Kanada dan Eropa.

Lebih dari tiga tahun, mereka memburu peregangan kode genetik yang secara abnormal tidak hadir atau tersalin, dan yang mungkin menyebabkan gejala-gejala khas dalam kondisi itu.

Ketiadaan atau kelebihan blok-blok DNA ini menunjukkan kira-kira 20 persen lebih anak-anak menderita autisme, menurut studi itu, yang diterbitkan dalam jurnal Inggris Nature.

Penemuan-penemuan itu juga mengkonfirmasi laporan terbaru dari sampel-sampel yang lebih kecil bahwa beberapa anak muda membawa yang disebut "mutasi genetik pribadi."

"Setiap anak menunjukkan perbedaan gangguan dalam gen yang berbeda," kata Stanley Nelson, juga dari UCLA.

Keunikan ini bisa membuat lebih sulit untuk merancang terapi-terapi obat yang bekerja pada jangkauan luas gangguan-gangguan dalam spektrum autistik, studi itu menyebutkan.

Disamping profil genetik tunggal, dua kategori dari gen yang terpengaruh lebih banyak dari yang lainnya adalah: mereka yang mengkodekan bagi perkembangan sel syaraf, dan mereka yang termasuk dalam pensinyalan atau "komunikasi" di antara sel.

Banyak gen-gen yang sama ini diduga berperan dalam gangguan perkembangan syaraf lainnya.

Mungkin juga ada beberapa meliputi kondisi seperti epilepsi dan skizofrenia, kata para peneliti.

"Penemuan-penemuan ini dan terbaru lainnya memiliki potensi yang nyata untuk mengarah pada perkembangan intervensi dan perawatan baru bagi gangguan-gangguan ini," kata Louse Gallagher, seorang profesor di Trinity College Dublin, salah satu universitas dalam kerjasama itu.

Ukuran besar sampel studi itu menjadikan mungkin untuk menunjuk langsung varian-varian genetik yang jarang yang tidak terdeteksi dalam studi-studi belakangan.

Tetap saja, penemuan-penemuan ini hanya menjelaskan persentase kecil dari autisme yang disebabkan oleh gen, kata Nelson.

"Demi mengidentifikasi semua penyebab genetik autisme, kita perlu puluhan dari ratusan keluarga untuk menyumbangkan DNA sampel DNA mereka untuk dirangkaikan," katanya.

Kucing Bisa Memenjarakan Penjahat

Intisari:

  • Sebuah database DNA dibuat menggunakan bulu kucing sebagai bukti forensik.
  • Bulu kucing yang ditemukan di jaket telah membantu memenjarakan seseorang atas pembunuhan tingkat dua.
  • Bulu anjing dan hewan lainnya mungkin juga bisa berguna dalam aplikasi forensik.


Pemiliki rumah membeli sistem alarm, kunci anti-rusak dan peralatan lain untuk melindungi properti mereka, tapi sebuah studi baru menunjukkan sebuah pemergok kejahatan yang tidak biasa: bulu kucing yang tersebar oleh kucing yang beraktivitas di dalam rumah.

Sebuah tim ilmuwan internasional baru saja membuat sebuah database DNA ekstensi yang akan memungkinkan bulu kucing berguna lebih sering dan akurat sebagai bukti forensik.

Bulu dari seekor kucing rumahan putih berbulu tebal telah digunakan dalam percobaan pembunuhan. Terdakwa, Douglas Beamish dari Canada, memiliki bulu kucing menempel pada salah satu kantong jaketnya yang dibuang. Bulu itu secara genetik terhubung pada kucing korban Shirley Duguay, Snowball. Bukti itu membantu mempidanakan Beamish atas pembunuhan tingkat dua, menjatuhkannya hukuman 15 tahun penjara.

"Popularitas kucing domestik yang meningkat sebagai peliharaan rumah secara tidak diketahui membantu perkembangan distribusi bukti TKP yang potensial yang menempel pada jutaan peralatan rumah," menurut Robert Grahn, penulis utama dari koran yang telah diterima untuk publikasi dalam jurnal Forensic Science International: Genetics. "Bulu kucing yang diperoleh dari sebuah TKP berpotensi berhubungan dengan pelaku, kaki tangan pelaku, saksi dan korban."

"Kucing sangat suka bergerak, dan bulu yang tersebar dapat memiliki material genetik yang cukup untuk studi pelacakan forensik, memberikan analisis potensial baik standard short tandem repeat (STR) maupun region DNA mitokondrial," tambah para peneliti.

Kasus yang melibatkan Snowball menggunakan metode STR, yang melihat pada tanda-tanda khusus yang terpetakan dalam genom si kucing. Database baru itu berfokus pada DNA mitokondrial (mtDNA), yang merupakan material genetik yang diwarisi dari ibu.

DNA mitokondrial berguna dalam forensik yang mengutamakan dua properti. Pertama, harus memiliki sebuah tingkat mutasi yang tinggi, mengungkapkan lebih banyak orang diantara sampel-sampel. Kedua, gennya terdapat dalam jumlah banyak, walaupun mtDNA terdiri dari kurang dari satu persen dari total DNA dalam sebuah sel. Sementara DNA nuklir optimal untuk mengidentifikasi perorangan, mtDNA telah terbukti sebagai sebuah pilihan alternatif yang bagus.

John Butler, seorang peneliti dan pemimpin kelompok di National Institute of Standars dan Technolody, dan kolega-koleganya setuju bahwa bulu kucing memegang potensi yang luarbiasa dalam aplikasi forensik.

Kelompoknya telah menciptakan sebuah tes DNA menggunakan teknik penanda STR. Disebut "Meowplex", bersamaan dengan database mtDNA yang baru, menyediakan bagi penyelidik kriminal peralatan tambahan untuk mengerjakan kasus-kasus mereka.

Bulu anjing dan hewan lain bisa jadi ditambahkan untuk pencampuran yang lebih luas di masa mendatang. Tim-tim peneliti lain telah menganalisa mtDNA anjing.

Mukulin Rumah Pake Roti? Inilah 6 Tradisi & Kepercayaan Unik Seputar Tahun Baru

 Ada banyak tradisi dan kepercayaan seputar tahun baru dari berbagai negara dan budaya. Kalau di daerah atau keluarga kamu tradisinya sepert...