Kakak-Beradik Ini Terlihat Lebih Tua dari Orangtua Mereka

Keshav dan Anjali Kumar adalah dua bersaudara yang tinggal di Jharkhand, India. Mereka aslinya berusia 6 dan 13 tahun, tapi karena kondisi langka yang disebut Cutis Laxa dan Progeria, kedunya terlihat lebih tua dari orangtua mereka. Itulah yang membuat mereka dijuluki "kakak-adik Benjamin Button" saat berita tentang mereka viral di tahun 2016.

Foto: Eptsam Alzeftawy/Facebook

Sedihnya, bukan hanya kulit mereka yang keriput, tapi mereka juga menderita masalah yang biasanya diderita lansia seperti sakit sendi. Sementara kondisi mereka ini salah satu kondisi yang tak bisa disembuhkan.

Lahir dari pasangan Shatrughan Rajak dan Rinki Devi yang terbilang kurang mampu, kedua anak ini tidak mendapatkan bantuan medis yang layak. Meski tidak dapat disembuhkan, penderita kondisi ini idealnya mendapatkan pengobatan untuk meringankan gejala-gejala yang menyakitkan dan tidak nyaman.

Foto: Lie Gj Penang/Facebook

Anak-anak ini rentan memiliki daya tahan tubuh yang rendah, encok, infeksi dada, hingga serangan jantung. Belum lagi perundungan yang mereka terima dari teman-teman sebaya. Anjali bercerita, "Anak-anak di sekolah mengejekku dengan sebutan daadi amma (nenek), budhiya (perempuan tua), bandariya (monyet), atau hanuman (dewa monyet Hindu) dan itu membuatku merasa terganggu."

Kabar baiknya, sejak berita tentang mereka menjadi viral, organisasi non-profit Care Today Fund memberikan bantuan medis pada anak-anak ini. Anjali dan Keshav pun telah menjalani operasi facelift untuk mengurangi kerutan dan kulit yang kendur. Saat ini kakak-beradik ini tetap akur dan saling menyayangi, bersama-sama melewati kesulitan hidup.

Keren, Stiker Ini Bisa Mendeteksi Kebohongan!

Sebuah tim peneliti di Israel menciptakan teknologi baru untuk mendeteksi kebohongan. Hasilnya menunjukkan 73% keberhasilan mendeteksi kebohongan dengan teknologi sensor otot wajah.

Penelitian yang dipimpin Prof. Dino Levy dari Universitas Tel Aviv menciptakan stiker yang dicetak pada permukaan lembut yang mengandung elektroda. Kemudian menggunakan teknik mesin pinar, mereka melatih program mesin itu untuk mendeteksi kebohongan berdasarkan sinyal EMG alias elektromyografi yang datang dari elektroda.

Teknologi adalah ciptaan Prof. Yael Hanein dari perusahaan X-trodes. Sensor buatan mereka sejauh ini memang diakui sebagai yang paling sensitif.

Stiker sensor ini bisa memonitor dan mengukur kegiatan otot dan saraf di wajah. Kata mereka, orang secara tak sadar mengaktifkan otot-otot di pipi dan alis ketika berbohong.

Prof. Levy berharap teknologi ini bisa membantu penegak hukum dan digunakan di pengadilan sebagai tambahan bukti. Dalam tes, sejumlah orang didudukkan berhadapan, tapi salah satunya ditempel stiker pendeteksi kebohongan di alis dan pipi. Mereka pakai headphone dan diminta mengulang kata-kata yang mereka dengar. Tapi mereka harus berbohong di antaranya. Jadi sesekali mereka mengucapkan kata yang berbeda dari yang mereka dengar, secara sengaja. Orang yang duduk di seberangnya harus menebak di kata mana rekannya berbohong.

Foto: Xtrodes

Hasil tes teknologi ini terbukti lebih baik dari teknologi-teknologi pendeteksi kebohongan lain yang pernah ada.

Sekarang ini mereka juga berusaha melatih kecerdasan buatan alias AI (artificial intelligence) untuk mendteksi kontraksi otot wajah seperti ini hanya dengan menganalisa rekaman kamera resolusi tinggi. Jika kemampuan deteksi kebohongannya semakin meningkat, teknologi ini diharapkan bisa digunakan dalam interogasi polisi, di bandara udara, atau bahkan wawancara kerja secara daring.

Wah keren ya. Kamu mau pakai teknologi ini buat mendeteksi apa?

Mukulin Rumah Pake Roti? Inilah 6 Tradisi & Kepercayaan Unik Seputar Tahun Baru

 Ada banyak tradisi dan kepercayaan seputar tahun baru dari berbagai negara dan budaya. Kalau di daerah atau keluarga kamu tradisinya sepert...