Kisah Pria Yang Serakah

Jaman dahulu, hiduplah seorang pria bernama Kofi Amero tinggal di desa bernama Amero Kopfhi. Desa itu diberi nama demikian sebab di masa itu dia orang yang paling kaya di seluruh desa. Kofi Amero orang yang keras, tapi dia juga egois sekali. Kecuali bersama kekayaannya, dia hidup sendiri, tanpa isteri atau anak, karena tak ada wanita yang bisa mentolerir kebiasaan anehnya.

Suatu hari yang cerah, setelah Kofi Amero sarapan, dia bersantai di teras rumahnya, saat tiba-tiba dia menangkap pemandangan seorang asing berdandan awut-awutan seperti gembel. Pria itu kelihatan sangat aneh sehingga Kofi Amero berpikir dia pasti orang tidak waras dan mengacuhkannya. Dia agak kaget ketika pria itu meminta makanan padanya. Kofi Amero tidak suka beramal, dan dia merasa terganggu karena pria itu. Tapi dia punya kokoyam (sejenis umbi-umbian) yang belum dimasak ditaruh dibawah jendela, jadi dia mengambil sepotong kecil yang kering dan melemparkannya kepada pria peminta-peminta itu. Pria itu langsung mengambilnya dan memakannya dengan rakus dalam hitungan detik. Saat dia memakan gigitan terakhir, dan menjilati jarinya, dia berdiri dan di depan mata Kofi Amero ia berubah menjadi malaikat.

Kofi terduduk di lantai. Orang asing itu meminta Kofi Amero untuk tidak takut, tidak tidak bermaksud menyakiti. Dia berkata, "Kofi, karena kau cukup baik membagiku makanan, walaupun kau berpikir aku pengemis gila, sebelum aku meninggalkan tempat ini, aku akan memberikanmu tiga permintaan."

Seperti yang bisa dibayangkan Kofi Ameroa begitu bersemangat ketika mendengar ini. "Hahahaha, hihihi, hari ini benar-benar hari yang bagus bagiku!" Dia menggaruk kepalanya memikirkan permintaannya, lalu meminta malaikat itu masuk. Dia menunjuk ke sebuah kursi berlengan tua di sudut ruangan. "Tuan," katanya, "Anda bisa melihat kursi di sudut itu?" Sang malaikat mengangguk, "Ya, saya bisa melihatnya."

Kofi melanjutkan, "Itu adalah satu-satunya kursi di rumahku, dan sangat mahal. Setiap ada tamu mereka akan duduk disitu, aku jadi terpaksa berdiri atau duduk di lantai. Maka, aku ingin siapapun yang duduk di kursi itu selain aku, dia akan melontarkan orang itu ke udara! Begitu tinggi sehingga ketika mereka jatuh ke tanah mereka akan kesakitan dan tidak mau duduk di kursi itu lagi!"

Walaupun malaikat itu berpikir permintaan itu agak aneh, dia mengabulkannya, dia berkata pada Kofi, "Terkabul."

Kofi Amero menggosok kedua tangannya, dan mengajak malaikat itu kembali ke depan rumah, dimana ia menunjuk sebuah pohon. "Tuan Malaikat, Anda bisa lihat pohon ini?" Sang malaikat mengangguk. "Ya, saya bisa melihatnya." Kofi menjelaskan, "Aku yang menanamnya sendiri, sangat mahal. Tapi penduduk desa suka mengambili daunnya karena berkhasiat untuk obat untuk penyakit anak-anak mereka. Tapi aku tidak rela!" Kofi terbatuk, lalu melanjutkan, "Jadi Tuan, aku ingin Anda memantrai pohon ini, sehingga siapapun yang mencoba memetik sehelai daun pun, akan terhisap dan terjebak di batang pohonnya!"

Sekali lagi, malaikat itu merasa permintaan itu aneh, tapi dia mau tidak mau harus mengabulkannya. Dia berkata pada Kofi, "Terkabul, Kofi. Apa permintaan ketiga dan terakhirmu?"

Kofi mengajak malaikat itu kembali ke dalam rumahnya. Dia menunjuk kearah selang dan penggaruk rumput serta peralatan berkebun lainnya. "Anda bisa lihat peralatan itu, Tuan?" tanya Kofi. Malaikat mengangguk. "Ya, aku bisa melihatnya. Peralatan yang bagus."

"Tepat sekali. Aku membeli peralatan ini, sangat mahal. Orang-orang datang sepanjang waktu untuk meminjamnya. Kadang mereka minta ijin, kadang tidak, langsung mengambilnya begitu saja. Dan tentu saja saat peralatan itu rusak, aku harus membayar untuk biaya perbaikan. Jadi aku ingin Anda membuat peralatan-peralatan itu sangat berat, sehingga siapapun kecuali aku tidak bisa mengangkatnya! Maka mereka pun akan berpikir dua kali untuk meminjamnya lagi."

Malaikat mengangguk sedih. "Baiklah, Kofi. Permintaanmu sudah terkabul. Sekarang aku harus pergi." Malaikat pun menghilang.

Beberapa hari kemudian, saat Kofi Amero sedang membereskan makan malamnya, Setan datang berkunjung. Tentu saja Kofi Amero tidak mengenalinya, dia menunjukkan rumahnya dan menawarinya duduk di satu-satunya kursi di rumah itu. Si tamu merendahkan tubuhnya untuk duduk, begitu dia menyentuhnya, kursi itu melemparkannya ke udara, dan saat dia jatuh ke tanah, kakinya cidera. Sang tamu bangkit, merapikan pakaiannya, memaki-maki Kofi Amero dan berlalu pergi. Kofi Amero tertawa terpingkal-pingkal, dia sangat senang jebakannya berhasil dan malam itu dia tidur sangat nyenyak tidak seperti biasanya.

Di hari lain Kofi Amero bersiap pergi bekerja saat dia mendengar keributan di belakang rumahnya. Dia berjalan kesana dan mendorong para tetangga yang terpincang-pincang dan memaki-maki Kofi Amero. Kofi tertawa keras dan berkata kepada mereka, "Rasakan! Kalian harus belajar beli peralatan sendiri!" Peristiwa itu membuat Kofi Amero senang sepanjang hari itu.

Di hari yang lain lagi, dia kembali dari pekerjaan di lapangan, saat dia melihat seorang wanita dari desa itu membawa bayi di punggungnya, berjalan ke pohon. Kofi Amero mengawasi dengan penuh antusias melihat jebakan ketiganya bekerja. Begitu wanita itu menyentuh daunnya, dia tertarik kedepan pohon, dan terhisap kedalam batangnya. Dia berteriak minta tolong, tapi Kofi Amero hanya tertawa.

"Kau pantas mendapatkannya. Kalian pikir bisa mengambil milikku seenaknya tanpa membayar! Pikirkan itu selagi kau terjebak disana!" katanya.

Malam itu Kofi Amero menyantap makan malamnya, dia tidak bisa berhenti tertawa karena ketiga jebakannya berhasil. Semakin dia memikirkannya, semakin keras dia tertawa; sampai tidak terkontrol.

Tapi tiba-tiba dia berhenti: sebuah rasa sakit yang tajam menyerang dadanya, dan Kofi Amero jatuh, dia mendapat serangan jantung. Beberapa hari kemudian saudara laki-lakinya yang bekerja di tempat yang bersebelahan dengan Kofi, datang karena khawatir tidak melihatnya di tempat kerja. Dia menemukan Kofi Amero tewas di lantai. Segera saja dia memberitahu anggota keluarga yang lain, dan menyiapkan acara pemakaman. Saat jenazahnya mulai membusuk, prosesnya pun dipercepat. Kofi Amero dikubur tanpa banyak acara, hanya dua saudara laki-lakinya yang datang di pemakaman. Tak ada satu pun penduduk desa yang ingin menghabiskan pagi mereka menangisi pria yang mereka benci.

Kofi Amero tiba di gerbang surga untuk diadili. Dia disapa oleh malaikat yang muncul di rumahnya dulu, tapi Kofi Amero tak mengenalnya. Malaikat itu mengeluarkan sebuah buku besar, dan mengajak Kofi Amero untuk melihat apa yang tertulis di buku itu tentangnya. "Seperti yang bisa kau lihat, Kofi Amero, kata sang malaikat, selama hidupmu kau hanya pernah melakukan satu kebaikan, yaitu memberiku kokoyam-mu. Tapi sisanya hanya tentang hal-hal buruk dan serakah yang kau lakukan pada keluarga dan tetangga-tetanggamu. Kau tidak memenuhi syarat untuk memasuki gerbang surga ini. Kau harus pergi ke neraka."

Maka Kofi Amero berjalan pergi menuju gerbang neraka. Saat dia tiba disana dia bertemu Setan yang menunggunya. Setan mengenalinya sebagai pria yang licik dan menjebaknya dengan kursinya, dan langsung saja menolaknya untuk masuk ke neraka. Karena dia gagal menyenangkan penjaga neraka maupun surga, jiwanya gentayangan di angkasa untuk selamanya.


1 komentar:

Tulis Komentar

Mukulin Rumah Pake Roti? Inilah 6 Tradisi & Kepercayaan Unik Seputar Tahun Baru

 Ada banyak tradisi dan kepercayaan seputar tahun baru dari berbagai negara dan budaya. Kalau di daerah atau keluarga kamu tradisinya sepert...