Disebut sebagai rahasia kecantikan Kleopatra, menurut sebuh penelitian susu keledai ternyata juga bisa merampingkan tubuh.
Dengan omega 3 dan kalsium yang tinggi, susu keledai juga baik untuk jantung dan menjaga energi tubuh dalam beraktivitas sehari-hari.
Penelitian itu juga menyebutkan susu kaya protein itu juga alternatif yang baik dari susu sapi bagi yang memiliki alergi, sehingga bisa diduga susu keledai akan segera menjadi populer dalam dunia kesehatan.
Dalam studi terakhir, para ilmuwan Italia memberikan tikus percobaan susu sapi dan keledai. Hasilnya, tikus yang diberi susu sapi menjadi lebih berat daripada yang lain, sementara tikus yang diberikan susu keledai justru berkurang berat badannya.
Susus keledai itu juga menurunkan kadar lemak dalam darah dan lemak-lemak lainnya yang dapat merukan arteri dan jantung. Dan mitokondria, penyalur energi bagi sel tubuh, menjadi sangat terisi, sehingga mengubah makanan menjadi energi dengan sangat cepat.
Kesimpulannya, ini berarti konsumsi susu keledai harus lebih didukung, ujar para peneliti pada Kongres Internasional dalam masalah Obesitas di Istanbul.
Namun bagi yang ingin segera mencoba susu keledai haruslah bersabar. Meskipun populer di jaman Victoria, susu keledai masih belum banyak dijual, khususnya di Inggris, menurut Perkumpulan Pemeliharaan Keledai.
Catatan sejarah
Pada tahun 460 SM, Hippocrates, bapak pengobatan, merekomendasikan susu keledai untuk semua penyakit mulai dari gigitan ular hingga mimisan.
Poppaea Sabina, isteri kedua Kaisar Nero, dikatakan rajin mencuci wajahnya dengan susu kedelai tujuh kali sehari dan meminta kumpulan keledai menemaninya dalam setiap perjalanan.
Seekor keledai memproduksi kurang dari setengah liter susu sehari. Seekor sapi bisa memproduksi lebih dari sepuluh kali lipatnya. Mungkin itulah sebabnya, menurut legenda, butuh setidaknya 700 keledai untuk menghasilkan susu sebagai air mandi Kleopatra setiap hari.
Dengan omega 3 dan kalsium yang tinggi, susu keledai juga baik untuk jantung dan menjaga energi tubuh dalam beraktivitas sehari-hari.
Penelitian itu juga menyebutkan susu kaya protein itu juga alternatif yang baik dari susu sapi bagi yang memiliki alergi, sehingga bisa diduga susu keledai akan segera menjadi populer dalam dunia kesehatan.
Dalam studi terakhir, para ilmuwan Italia memberikan tikus percobaan susu sapi dan keledai. Hasilnya, tikus yang diberi susu sapi menjadi lebih berat daripada yang lain, sementara tikus yang diberikan susu keledai justru berkurang berat badannya.
Susus keledai itu juga menurunkan kadar lemak dalam darah dan lemak-lemak lainnya yang dapat merukan arteri dan jantung. Dan mitokondria, penyalur energi bagi sel tubuh, menjadi sangat terisi, sehingga mengubah makanan menjadi energi dengan sangat cepat.
Kesimpulannya, ini berarti konsumsi susu keledai harus lebih didukung, ujar para peneliti pada Kongres Internasional dalam masalah Obesitas di Istanbul.
Namun bagi yang ingin segera mencoba susu keledai haruslah bersabar. Meskipun populer di jaman Victoria, susu keledai masih belum banyak dijual, khususnya di Inggris, menurut Perkumpulan Pemeliharaan Keledai.
Catatan sejarah
Pada tahun 460 SM, Hippocrates, bapak pengobatan, merekomendasikan susu keledai untuk semua penyakit mulai dari gigitan ular hingga mimisan.
Poppaea Sabina, isteri kedua Kaisar Nero, dikatakan rajin mencuci wajahnya dengan susu kedelai tujuh kali sehari dan meminta kumpulan keledai menemaninya dalam setiap perjalanan.
Seekor keledai memproduksi kurang dari setengah liter susu sehari. Seekor sapi bisa memproduksi lebih dari sepuluh kali lipatnya. Mungkin itulah sebabnya, menurut legenda, butuh setidaknya 700 keledai untuk menghasilkan susu sebagai air mandi Kleopatra setiap hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis Komentar